Kerajaan Islam di Indonesia Pertama? Sejak 840 Masehi!
Kerajaan Islam di Indonesia hadir karena pedagang-pedagang Islam yang berasal dari berbagai negara, misalnya Persia, Arab, dan India singgah ke Indonesia.
Kehadiran kerajaan Islam yang di Indonesia juga memberikan banyak pengaruh terhadap pemerintahan dan budaya yang ada.
Pada zaman dahulu, Indonesia bukanlah negara kesatuan seperti saat ini melainkan terdiri dari kerajaan-kerajaan.
Konten :
Kerajaan Islam Pertama di Indonesia
Kerajaan Islam di Indonesia adalah beberapa kerajaan yang diperkirakan mulai bermunculan pada abad ke-13. Sebelum abad ke-13, terdapat beberapa kerajaan Islam yang sudah hadir di Nusantara.
Berikut kerajaan Islam tertua di Indonesia berikut ini, yaitu:
Kerajaan Perlak (840-1292)
Kerajaan Perlak merupakan kerajaan yang berdiri tahun 840-1292 dan terletak di Aceh Timur. Kata Perlak dipercayai berasal dari kata Peureulak yang merupakan suatu jenis kayu yang digunakan dalam pembuatan kapal.
Raja pertama Kerajaan Perlak merupakan Sultan Alaidin Syed Maulana Abdul Aziz Syah. Peninggalan dari kerajaan ini yaitu mata uang, stempel, serta makam raja.
Kerajaan Ternate (1257)
Kerajaan Ternate merupakan kerajaan Islam yang termasuk sebagai kerajaan tertua. Kerajaan Ternate terletak di Sulawesi dan Papua yang merupakan lokasi perdagangan yang cukup strategis.
Sultan Baabullah merupakan raja yang berhasil membawa Kerajaan Ternate ke puncak masa kejayaan, karena mampu mengusir penjajah dari Portugis.
Kerajaan Samudra Pasai (1267-1521)
Kerajaan Samudra Pasai dikenal sebagai kerajaan Islam terbesar yang ada di Indonesia. Raja pertama dari Kerajaan Samudra Pasai adalah Sultan Malik Al Saleh yang juga dikenal sebagai Malikussaleh.
Wilayah kekuasaan Kerajaan Samudra Pasai meliputi seluruh Aceh yang membuat kerajaan ini semakin besar dari usaha perdagangan yang dilakukan.
Kerajaan Pagaruyung (1347-1825)
Tidak banyak orang yang pernah mendengar mengenai Kerajaan Pagaruyung. Tetapi, dari Prasasti Amoghapasa diperkirakan bahwa Kerajaan Pagaruyung berdiri dari tahun 1347-1825.
Awalnya, Kerajaan Pagaruyung merupakan kerajaan Hindu yang kemudian beralih menjadi kerajaan Islam. Sejak menjadi kerajaan Islam, kerajaan ini dipimpin oleh Sultan Alif.
Peninggalan dari Kerajaan Pagaruyung yaitu makam raja di Ustano Raja serta Batu Kasur yang merupakan tempat ujian untuk calon raja.
Kerajaan Malaka (1405-1511)
Kerajaan Malaka merupakan kerajaan yang berlokasi di wilayah tepian Selat Malaka yang terkenal dan banyak didatangi oleh pedagang. Pada awalnya, pendiri Kerajaan Malaka yaitu Parameswara memeluk agama Hindu yang kemudian beralih menjadi agama Islam.
Hal ini membuat Parameswara mengganti nama yaitu Sultan Iskandar Syah. Malaka merupakan gerbang penyebaran agama Islam di wilayah Aceh dan Sumatera yang juga menjadi lokasi masuknya Portugis ke Nusantara.
Nama Kerajaan Kerajaan Islam di Indonesia
Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduk yang memeluk agama Islam ini tidak terlepas dari sejarah kerajaan Islam. Terdapat banyak kerajaan-kerajaan Islam yang hadir di Indonesia.
Berikut nama kerajaan bercorak islam pertama di indonesia adalah sebagai berikut di bawah ini.
Kerajaan Perlak
Kerajaan Perlak atau yang juga dikenal sebagai Kesultanan Perreulak adalah kerajaan Islam yang terletak di Aceh Timur sekitar tahun 840 Masehi. Perlak adalah wilayah yang menghasilkan kayu perlak sebagai bahan baku untuk membuat kapal.
Hal tersebut membuat Perlak banyak dikunjungi oleh pedagang dari Arab, Persia, dan Gujarat yang membuat komunitas Islam di Perlak semakin berkembang. Proses asimilasi yaitu pernikahan antara pedagang Muslim dengan wanita asli pribumi banyak terjadi pada saat itu.
Kerajaan Perlak berlangsung sampai tahun 1292 Masehi. Raja Kerajaan Perlak pertama adalah Alaidin Sayyid Maulana Aziz Syah. Raja terakhir dari Kerajaan Perlak adalah Muhammad Amir Syah yang menikahkan putrinya dengan Malik Saleh.
Malik Saleh adalah tokoh yang menjadi awal pendirian Kerajaan Samudra Pasai. Bukti sejarah yang mendukung keberadaan Kerajaan Perlak adalah makam salah satu Raja Benua yang ada di Sungai Trenggulon yang dipercaya ada di abad ke-11 Masehi.
Kerajaan Ternate
Kerajaan Ternate atau Kerajaan Gapi adalah salah satu kerajaan Islam di Indonesia yang berdiri pada tahun 1257 oleh Sultan Marhum. Kerajaan Ternate merupakan kerajaan Islam yang berkembang cukup besar jika dibandingkan dengan kerajaan lainnya yang ada di Maluku.
Hal ini didukung oleh kekuatan militer dan sumber rempah-rempah yang melimpah. Pada saat itu, terdapat banyak saudagar yang datang ke Kerajaan Ternate untuk melakukan perdagangan. Selain itu, saudagar yang datang juga menyebarkan agama Islam.
Kerajaan Ternate mencapai masa kejayaan pada masa kekuasaan Sultan Baabullah. Peninggalan yang menjadi bukti sejarah Kerajaan Ternate adalah Keraton Kesultanan Terate, Masjid Sultan Ternate, Benteng Tolukko, dan Makam Sultan Baabullah.
Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam yang terkenal dan termasuk sebagai kerajaan tertua. Kerajaan ini didirikan pada tahun 1267 oleh Sultan Malik Al Saleh atau yang memiliki nama lain Meurah Silu.
Kerajaan ini adalah gabungan dari Kerajaan Perlak dan Pase yang sudah ada sebelumnya. Samudera Pasai merupakan pusat perdagangan dengan komoditas utama yaitu lada. Pada masa kejayaannya, saudagar-saudagar dari Persia, India, Arab, Siam, sampai Tiongkok datang ke Kerajaan Samudera Pasai untuk berdagang.
Bukti arkeologis dari keberadaan Kerajaan Samudera Pasai, yaitu makam raja-raja yang terdapat di Kampung Geudong sekitar 17 km sebelah timur dari Lhokseumawe. Pada masa pemerintahan Sultan Malik At-Tahir alat tukar resmi yang digunakan adalah dirham.
Kerajaan Samudera Pasai runtuh akibat perang saudara, perebutan kekuasaan, serta serangan Portugis pada tahun 1521 Masehi.
Kerajaan Gowa
Kerajaan Gowa terletak di jalur pelayaran yang sangat strategis, sehingga mampu berkembang dengan pesat di wilayah Sulawesi Selatan. Masyarakat yang tinggal di Kerajaan Gowa mayoritas merupakan masyarakat Suku Makassar.
Pada awal tahun 1600-an, Kerajaan Gowa mulai mengadopsi Islam dan mendirikan Kerajaan Islam Makassar. Raja pertama dari Kerajaan Islam Makassar adalah Sultan Alauddin.
Kerajaan Islam Makassar mencapai titik puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin yang merupakan cucu dari Sultan Alauddin. Mata pencaharian utama masyarakat Gowa adalah pedagang dan nelayan karena tinggal di wilayah maritim.
Masyarakat Gowa juga terkenal dengan kemampuannya dalam membuat kapal Kombo dan Pinisi yang terkenal sampai mancanegara.
Beberapa bukti dari keberadaan Kerajaan Gowa, yaitu Istana Tamalate, Masjid Tua Katangka, Benteng Ford Rottredam, Benteng Somba Opu, dan Museum Balla Lompoa.
Kesultanan Malaka
Kesultanan Malaka merupakan kerajaan Islam di Indonesia yang berdiri pada tahun 1402 oleh Parameswara. Melaka adalah kerajaan Islam Melayu yang ada di tanah Malaka.
Kesultanan Malaka juga dikenal sebagai penguasa jalur perdagangan serta pelayaran di selat Malaka pada abad ke-15. Pada awalnya, masyarakat Malaka belum memeluk Islam, tetapi perkembangan Islam yang pesat membuat kerajaan ini menjadi kerajaan Islam.
Hal ini ditandai dengan gelar sultan yang diberikan untuk penguasa Malaka di tahun 1455. Raja terakhir dari Kesultanan Malaka adalah Sultan Mahmud Syah. Kerajaan ini berakhir pada tahun 1511 akibat adanya serangan dari Portugis.
Pada saat itu, Sultan Mahmud Syah sempat memindahkan ibu kota kerajaan ke Bintan, tetapi Portugis berhasil menyerangnya. Peristiwa ini menjadi awal masuknya militer Eropa ke Nusantara. Bukti keberadaan Kerajaan Malaka, yaitu Masjid Agung Deli dan Masjid Raya Baiturrahman Aceh.
Kesultanan Cirebon
Kesultanan Cirebon atau Kerajaan Islam Cirebon merupakan kerajaan yang hadir di abad ke-15 sampai 15 Masehi. Kerajaan ini berlokasi di pantai utara Pulau Jawa yang membuat Kesultanan Cirebon menjadi jalur pelayaran dan perdagangan yang penting.
Di pusat perdagangan dan pelayaran tersebut mulai tumbuh dan menyebar agama Islam di daerah Jawa Barat. Kesultanan Cirebon didirikan oleh Pangeran Walangsungsang pada tahun 1430.
Selanjutnya, pada tahun 1479 Pangeran Walangsungsang atau Sultan Cirebon I menyerahkan jabatannya kepada Sunan Gunung Jati atau Sultan Cirebon II yang merupakan keponakannya.
Penguasa terakhir dari Kesultanan Cirebon adalah Sultan Abdul Karim hingga akhirnya kerajaan ini terbagi menjadi dua, yaitu Kesultanan Kanoman dan Kesultanan Kasepuhan.
Bukti dari peninggalan Kesultanan Cirebon masih dikenal hingga saat ini, misalnya Keraton Kasepuhan Cirebon Patung Harimau Putih, Keraton Keprabon, Kereta Kasepuhan Singa Barong, serta mangkok kayu berukir.
Kerajaan Demak
Kerajaan Demak dapat dikatakan sebagai kerajaan Islam terbesar yang ada di pesisir Pulau Jawa. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Fatah pada tahun 1478. Kerajaan Demak adalah pelopor penyebaran agama Islam karena adanya dukungan dari Wali Songo.
Kehadiran Kerajaan Demak terjadi ketika masa kemunduran Kerajaan Majappahit yang membuat beberapa wilayah kekuasaan dari Kerajaan Majapahit memisahkan diri. Raja yang terkenal dari Kerajaan Demak yaitu Raden Fatah dan Pati Unus.
Terdapat juga Sultan Trenggono, Sunan Prawata, serta Arya Penangsan yang pernah memerintah kerajaan. Kerajaan Demak mengalami kemunduran akibat perang saudara yang terjadi antara Trenggono dengan Pangeran Surowiyoto yang saling berebut takhta.
Kerajaan Demak runtuh pada tahun 1554 akibat pemberontakan yang dipimpin oleh Jaka Tingkir. Jaka Tingkir berhasil mengalihkan pusat kekuasaan Kerajaan Demak ke wilayah Pajang. Hal ini membuatnya mendirikan Kerajaan Pajang.
Kerajaan Islam Banten
Pada tahun 1526, Sultan Maulana Hasanuddin anak dari Sunan Gunung Jati berhasil mendirikan Kerajaan Banten. Pemimpin Kesultanan Banten yang paling terkenal adalah Sultan Ageng Tirtayasa.
Di bawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, Kesultanan Banten mampu melawan Belanda akibat penerapan kebijakan monopoli perdagangan merugikan yang dilakukan oleh VOC. Ulama memiliki peran yang penting dalam Kesultanan Banten.
Hal ini membuat tasawuf dan tarekat berkembang di wilayah Banten. Salah satu tradisi dari perkembangan Islam yang ada di Banten yaitu debus.
Kesultanan Banten berakhir pada tahun 1812 karena perang saudara yang dilakukan adalah Sultan Haji yaitu anak dari Sultan Ageng Tirtayasa yang berusaha merebut kekuasaan.
Kerajaan Pajang
Kerajaan Pajang merupakan kerajaan yang berdiri akibat keruntuhan Kesultanan Demak. Kerajaan Pajang didirikan pada tahun 1568 oleh Sultan Hadiwijaya yang juga dikenal dengan nama Jaka Tingkir. Pusat pemerintahan Kerajaan Pajang terletak di Jawa Tengah.
Jangka Tingkir adalah menantu dari Sultan Trenggono yang diberi kekuasaan di daerah Pajang. Setelah berhasil merebut Kesultanan Demak dari Arya Penangsang, seluruh pemerintahan dipindahkan ke Pajang.
Hal ini membuat Jaka Tingkir memperoleh gelar Sultan Hadiwijaya sekaligus raja pertama dari Kerajaan Pajang. Islam yang tadinya berkembang di daerah pesisir utara Jawa selanjutnya dipindah ke pedalaman.
Hal ini membawa pengaruh yang besar dalam penyebaran Islam di Jawa Tengah. Selama pemerintahan Jaka Tingkir, agama Islam dan politik mengalami perkembangan.
Pada tahun 1554, Jaka Tingkir melakukan perluasan kekuasaan sampai Madiun dan di tahun 1577 ia mampu menduduki Kediri dan Blora. Peninggalan dari Kerajaan Pajang, yaitu Makam Sultan Hadiwijaya, Masjid Laweyan, Pasar Laweyan, serta kompleks makam pejabat di Pajang.
Kerajaan Mataram Islam
Pada tahun 1588, terdapat kerajaan Islam yang berpusat di Kotagede Yogyakarta yaitu Kerajaan Mataram Islam. Kerajaan ini dipimpin oleh keturunan Ki Ageng Pemanahan dan Ki Ageng Sela yang mengaku sebagai keturunan dari Majapahit.
Kerajaan Mataram Islam berasal dari kadipaten yang ada di bawah pemerintahan Kesultanan Pajang dengan pusat pemerintahan di Bumi Mentaok. Selanjutnya, diberikan kepada Ki Ageng Pemanahan sebagai hadiah terhadap jasa yang dilakukannya.
Raja pertama Kerajaan Mataram Islam adalah Raden Mas Sutawihaya yang merupakan putra dari Ki Ageng Pemanahan. Masa kejayaan dari Kerajaan Mataram Islam adalah ketika masa pemerintahan Sultan Agung atau Mas Rangsang.
Sultan Agung berhasil melakukan perluasan wilayah kekuasaan sampai hampir ke seluruh wilayah Jawa. Ia juga melakukan perlawanan terhadap VOC dengan Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Banten.
Perpecahan yang dialami oleh Kerajaan Mataram Islam terjadi akibat masalah politik yang menyebabkan adanya pembagian wilayah kekuasaan yaitu Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Ngayogyakarta. Hal ini juga terdapat dalam Perjanjian Giyanti.
Bukti peninggalan dari Kerajaan Mataram Islam hingga saat masih ada dan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta dan Solo.
Beberapa peninggalannya yaitu Masjid Kotagede, Masjid Agung Gedhe Kauman, Masjid Agung Surakarta, Masjid Al Fatih Kepatihan Solo, Hanacaraka atau aksara Jawa, serta batas administrasi wilayah.
Peninggalan Kerajaan Islam di Indonesia
Hingga detik ini masih ada peninggalan-peninggalan dari kerajaan Islam di Indonesia yang masih dilestarikan. Kerajaan Islam di Indonesia dan peninggalannya hingga saat ini menjadi daya tarik tersendiri. Berikut peninggalan dari kerajaan Islam yang ada di Indonesia, yaitu:
Masjid Agung Demak
Masjid Agung Demak dikenal sebagai masjid tertua yang ada di Indonesia. Masjid ini juga merupakan peninggalan dari kerajaan Islam di Indonesia yaitu Kerajaan Demak. Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama dan terbesar yang ada di Pulau Jawa.
Masjid Agung Demak ini didirikan sekitar tahun ke-15 Masehi oleh Raden Fatah. Masjid Agung Demak juga dipercaya sebagai tempat berkumpulnya Wali Songo untuk menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Masjid Agung Demak terletak di Kampung Kauman, Demak, Jawa Tengah.
Masjid Sunan Ampel
Masjid Sunan Ampel adalah masjid megah yang ada di Surabaya sekaligus peninggalan dari kerajaan Islam. Masjid Sunan Ampel berdiri tahun 1421 dan dibangun ketika Surabaya masih menjadi bagian dari Kerajaan Majapahit.
Pada saat itu Majapahit dipimpin oleh Raja Brawijaya dan selanjutnya memeluk agama Islam. Masjid Sunan Ampel didirikan oleh Sunan Ampel dan memiliki arsitektur Arab dan Tiongkok.
Salah satu sudut yang menarik adalah sumur yang ada di halaman masjid. Sumur tersebut dipercaya sebagai sumur bertuah yang dipakai untuk penguat sumpah atau janji.
Masjid Gedhe Kauman
Salah satu peninggalan kerajaan Islam sekaligus wisata religi terkenal di Yogyakarta adalah Masjid Gedhe Kauman Keraton Ngayogyakarta. Masjid ini terletak di bagian barat dari kompleks Alun-Alun Utara Keraton Yogyakarta yang dimiliki oleh Kesultanan Yogyakarta.
Masjid Gedhe Kauman dibagun oleh Sultan Hamengkubuwono I pada tahun 1773 yang dibantu juga oleh Kyai Wiryokusumo dan Kyai Faqih Ibrahim Diponingrat.
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat
Keraton Yogyakarta merupakan istana dari Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang berada di Kota Yogyakarta. Keraton Yogyakarta dibangun pada tahun 1755 oleh Sultan Hamengkubuwono I setelah Perjanjian Giyanti.
Hingga saat ini kompleks keraton masih digunakan sebagai tempat tinggal sultan dan masih menjalankan tradisi kesultanan sampai sekarang.
Masjid Raya Baiturrahman
Masjid Raya Baiturrahman merupakan salah satu masjid terkenal di Aceh yang wajib dikunjungi. Masjid ini merupakan peninggalan dari Kesultanan Aceh sekaligus menjadi ikon dari Aceh. Masjid ini didirikan pada tahun 1612 Masehi oleh Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam.
Masjid Raya Baiturrahman memiliki bentuk mirip dengan Taj Mahal dan digunakan sebagai pusat kegiatan. Pada tahun 1873, masjid ini pernah dibakar ketika Belanda menyerang Kesultanan Aceh.
Tetapi, Belanda akhirnya mendirikan masjid ini kembali untuk meredam kemarahan dari masyarakat dan untuk menarik simpati.
Pemakaman Imogiri
Pemakaman Imogiri atau yang dikenal juga Pajimatan Girirejo Imogiri merupakan kompleks pemakaman yang ada di Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sultan Mataram III Prabu Hanyokrokusumo adalah tokoh yang mendirikan pemakaman Imogiri.
Pemakaman Imogiri yang didirikan pada tahun 1632 ini dianggap keramat dan suci oleh masyarakat sekitar, karena yang dimakamkan di Pemakaman Imogiri adalah raja-raja beserta keluarga Kesultanan Mataram.
Masjid Agung Surakarta
Peninggalan dari kerajaan Islam juga bisa ditemukan di Solo adalah Masjid Agung Surakarta yang juga merupakan salah satu wisata religi yang ada di Kota Surakarta. Pada tahun 1763, masjid ini dibangun oleh Paku Buwono III dengan gaya Jawa Kuno dan Belanda.
Selanjutnya, masjid ini dibangun kembali pada pemerintahan Paku Buwono IV. Masjid kemudian dilengkapi dengan kolam air sebagai tempat wudhu serta jam matahari untuk menentukan waktu sholat.
Istana Maimun
Salah satu peninggalan kerajaan Islam Indonesia adalah Istana Maimun. Istana Maimun merupakan peninggalan dari Kerajaan Deli yang terletak di Kota Medan. Istana ini dibangun pada tahun 1888 oleh Sultan Mahmud Al Rasyid yang merupakan Sultan Deli.
Luas Istana Maimun adalah 2.722 meter persegi dan dilengkapi dengan 30 ruangan. Istana Maimun juga memiliki tiga bagian bangunan, yaitu bangunan induk, sayap kanan, dan sayap kiri.
Keraton Surosowan
Keraton Surosowan adalah peninggalan dari Kerajaan Banten yang didirikan pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin.
Pada masa kekuasaan setelah Sultan Maulana Hasanuddin, bangunan keraton direnovasi oleh bantuan arsitek Belanda, Hendrik Lucasz Cardeel yang memeluk agama Islam. Bangunan Keraton Surosowan terlihat seperti benteng Belanda yang kokoh dengan bastion.
Istana Sultan Ternate
Istana Sultan Ternate adalah bagian dari peninggalan Kerajaan Ternate. Bangunan ini terdiri dari dua lantai dengan gaya abad ke-19. Istana Sultan Ternate dikelilingi benteng dan terletak dalam satu kompleks yang sama dengan Masjid Jami Ternate.
Saat ini, kompleks istana berubah menjadi Museum Kesultanan Ternate yang merupakan salah satu tujuan wisata di Ternate.
Keraton Kasepuhan Cirebon
Peninggalan kerajaan Islam yang sampai saat ini masih dirawat dengan baik adalah Keraton Kasepuhan Cirebon yang merupakan peninggalan Kerajaan Cirebon. Pada tahun 1529, Pangeran Cakrabuana mendirikan Keraton Kasepuhan Cirebon.
Di bagian depan keraton terdapat Alun-Alun yang pada zaman dahulu digunakan sebagai tempat latihan prajurit serta pusat dari kompleks pemerintahan keraton.
Hikayat Amir Hamzah
Ada banyak karya sastra peninggalan masa kerajaan kerajaan Islam di Indonesia. Karya sastra tersebut terdiri dari beberapa jenis seperti syair, hikayat, babad, suluk, dan kitab.
Hikayat merupakan karya sastra berupa cerita yang berkaitan dengan tokoh sejarah, misalnya hikayat Amir Hamzah. Syair adalah media yang digunakan dalam penyebaran agama Islam pada saat itu.
Sementara itu, suluk adalah karya sastra yang berisi tentang tasawuf mengenai keesaan Allah SWT. Babad adalah cerita sejarah yang bercampur dengan kepercayaan masyarakat dan kadang sulit diterima oleh akal.
Hikayat Amir Hamzah merupakan sajak yang mengisahkan mengenai perjuangan Amir Hamzah dalam berdakwah dan menyebarkaluaskan Islam. Hikayat Amir Hamzah ini memiliki kedudukan yang populer di masyarakat Melayu.
Umumnya, hikayat ini dibacakan ketika prajurit akan berangkat perang sehingga bisa memberikan semangat dan keberanian. Hikayat ini juga sudah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa, dari bahasa Jawa, Sunda, bahkan bahasa Turki.
Hikayat Hang Tuah
Hikayat Hang Tuah merupakan karya sastra Melayu klasik yang mengisahkan mengenai Hang Tuah. Pada zaman kejayaan Kesultanan Malaka terdapat seorang laksamana yang bernama Hang Tuah.
Ia merupakan seseorang yang berasal dari kelas rendah, namun keberaniannya membuat ia naik pangkat. Dalam hikayat ini dikisahkan bahwa Hang Tuah setia dengan Sri Sultan.
Ketika Han Tuah dikhianati oleh sahabat karibnya sendiri yang ingin melakukan pemberontokan, Hang Tuah memutuskan untuk membunuhnya.
Tokoh Kerajaan Islam di Indonesia
Kehadiran kerajaan Islam yang meluas di Indonesia tidak terlepas dari peran tokoh-tokoh penting. Berikut tokoh-tokoh kerajaan Islam di Indonesia, yaitu:
Sultan Iskandar Muda
Sultan Iskandar Muda merupakan salah satu tokoh kerajaan Islam yang memerintah Kerajaan Aceh. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Aceh mampu mencapai puncak kerjaan serta memiliki wilayah kekuasaan sampai Semanjung Malaya.
Sultan Iskandar Muda selalu mendapatkan pendidikan agama serta kepemimpinan dari orang tuanya sejak kecil. Tata pemerintahan yang ada di masyarakat Aceh saat ini juga merupakan cara yang dikembangkan oleh Sultan Iskandar Muda.
Sebagai seorang pemimpin, beliau dikenal sebagai seseorang yang selalu taat dalam beragama dan memikirkan rakyatnya. Sultan Iskandar Muda wafat tahun 1636 karena sakit.
Sultan Agung Hanyokrokusumo
Sultan Agung Hanyokrokusumo lahir pada tahun 1591 di Yogyakarta dan merupakan raja dari Kerajaan Mataram. Perasaan benci karena Belanda membuat beliau mengerahkan tentara Mataram pada saat itu untuk menyerang Batavia.
Namun, serangan ini tidak memberikan hasil yang bagus karena persenjataan yang dimiliki oleh tentara Mataram tidak lengkap. Hal ini tidak membuat beliau menyerah. Pada tahun 1645, Sultan Agung Meninggal.
Sultan Ageng Tirtayasa
Tokoh kerajaan Islam dari Banten yang dikenal adalah Sultan Ageng Tirtayasa yang lahir pada tahun 1631. Di bawah kepemimpinan Sultan Ageng Tirtayasa, rakyat Banten mampu merusak dua buah kapal dagang yang dimiliki Belanda.
Akibat dari kejadian tersebut, Belanda melakukan politik adu domba. Pada tahun 1680, terjadi perang yang melibatkan Sultan Ageng Tirtayasa dan Belanda yang mengakibatkan beliau di penjara di Jakarta pada tahun 1683.
Pada tahun 1692, Sultan Ageng Tirtayasa meninggal dunia dan dimakamkan dekat Masjid Agung Banten.
Sultan Hasanuddin
Sultan Hasanuddin merupakan tokoh kerajaan Islam di Indonesia yaitu raja Kerajaan Gowa Tallo yang ada di Makassar. Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin, ia berjuang untuk merangkul semua raja yang ada di Indonesia bagian Timur untuk menentang kehadiran Belanda.
Pada tahun 1660, terjadi perang yang melibatkan Kerajaan Gowa dengan Belanda. Hasil dari perang tersebut adalah Sultan Hasanuddin mengalami kekalahan karena pengkhianatan yang dilakukan oleh Raja Aru dari Bone.
Berkat keberanian yang dimiliki oleh Sultan Hasanuddin ia memperoleh julukan Ayam Jantan dari Timur.
Demikian artikel ini dibuat untuk memudahkan Anda menjawab pertanyaan soal kerajaan islam beserta jawaban seperti : sebutkan kerajaan kerajaan islam di Indonesia, peninggalan kerajaan islam di indonesia beserta penjelasannya. Serta dapat dijadikan rujukan pembuatan makalah sejarah kerajaan islam di Indonesia.